"one two three four five six seven eight
ayok ulang lagi
one two three four five six seven eight"
tap tap tap tap
tadi siang aku mendengar suara itu lagi
tapi hari ini aku sudah tau darimana asalnya
dan ternyata suara itu berasal dari depan sporto
1 orang,dua orang,3 orang,4 orang,5 orang,6 orang
tanpa sepatu,dengan keringat di kening mereka
mereka mengeluh,mereka bilang mereka lelah
mereka mengeluh dengan wajah yang suram
padahal baru pukul 11 siang
aku tetap berdiri di sana
di bawah pohon yang jauh dari tempat dimana mereka berada
tapi dari kejauhan itu aku tetap bisa melihat mereka,kaki kaki mereka,tangan mereka dan keringat mereka
bahkan aku bisa tahu kemana mereka akan mengarahkan tubuh mereka
hari ini adalah hari ke 5 aku melihat mereka
kalau aku jadi mereka
aku tidak peduli selecet apa kakiku,se sakit apa kondisi tubuhku,sebasah apa pakaianku,bahkan walaupun sudah larut malampun aku tidak akan peduli
orang orang yang hadir di kehidupan baruku mungkin belum tahu,belum mengerti
tetapi orang orang di masalaluku pasti tahu
seberapa aku mencintai hal itu
apapun caranya,bagaimanapun keadaanya
tidak banyak hal yang bisa dengan aku sukai dan aku pertahankan
tapi hal ini,itu menjadi pengecualian
sejak 15 tahun yang lalu
saat seseorang wanita mengajarkanku bagaimana caranya memegang kipas
saat wanita itu berkata kepadaku bahwa
"apapun keadaanya,walaupun aku berada di posisi yang sulit sekalipun jangan pernah bilang tidak bisa,dan yang paling penting jangan pernah tundukan kepalaku dan lanjutkan apa yang aku bisa"
wanita itu juga pernah bilang "fina kok nangis ? fina iri ? kalau iri tahun depan pialanya harus buat fina"
saat itu hal tersebut berubah menjadi sebuah obsesi
8 piala selama 6 tahun berturut turut
saat duniaku harus berubah
saat masa remajaku mulai datang aku kira hal itu tidak akan bisa ku jalani lagi
tapi aku juga salah
aku tetap menjalaninya hanya tempatnya saja yang berbeda
aku mulai berfikir kalau hal itu sudah menjadi hal yang aku cintai
tapi lama kelamaan aku juga menyadari bahwa hal itu tetap menjadi sebuah obsesi
saat aku selalu memulai datang paling awal ke tempat latihan
saat aku di tempatkan di depan hampir di setiap bagianya
saat punggung kakiku terbentur ubin,menghitam dan aku tidak peduli
saat aku menjadi orang yang jahat karena tidak bisa sabar untuk mengajari orang lain
aku berhenti
tahun ini
mungkin untuk seterusnya
papa bilang hidupku bukan untuk main main lagi
ada satu bagian besar yang aku kubur
yang orang orang tahu kecuali teman teman baruku
yang harus mati matian aku tahan
yang pernah mati matian aku perjuangkan di depan papa
bahkan sampai tahun ini pun aku berharap masih ada kesempatan buat aku
tapi ternyata tetap tidak ada
halo,kamu
yang aku tulis dan aku khayalkan selama 3 tahun ini
mungkin aku tidak akan pernah menjadi bagian dari dirimu
bahkan untuk melihatmu akan terasa sesak
mungkin banyak yang bilang ini terlalu berlebihan
tapi aku gak peduli
dadah,SOLO MENARI :)